BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi nasional didukung tersedianya kesempatan berusaha yang cukup terbuka sehingga mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya dunia usaha di berbagai sektor. Memerlukan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan negara maupun perusahaan swasta semakin memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, perusahaan dalam menjalankan kegiatannya akan selalu diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut, perusahaan memerlukan suatu strategi yang tepat yang kemudian akan menjadi prestasi bagi pihak manajemen apabila tujuan tersebut dapat dicapai, dan prestasi itu ditunjukan dengan kinerja perusahaan.
Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. laporan keuangan perusahaan merupakan informasi yang penting selain informasi lainnya dengan megukur kinerja keuangan. Penilaian kinerja merupakan suatu kebutuhan dan keharusan bagi organisasi/perusahaan. pengukuran kinerja tersebut digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan dan juga untuk mengevaluasi kelemahannya.
Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor biasanya melihat inerja yang tercermin dari berbagai macam rasio keuangan. Kelebihan dari analisis rasio keuangan adalah dapat dilakukan perbandingan kinerja dan kondisi keuangan secara tepat. Adapun kelemahan dari alat analisis ini diantaranya yaitu alat analisis ini belum dapat memuaskan pihak manajemen, khususnya bagi para penyandang dana. Selama ini pengukuran kerja manajerial jarang menggunakan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Dengan keterbatasan rasio itulah maka muncul konsep/pendekatan yang dinamakan Economic Value Added (EVA) yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah konsep nilai tambah ekonomi (NITAMI). EVA dilandasi oleh konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus dengan dalil mempertimbangkan harapan sistem penyedia dana (Kreditur, pemegang saham), dan karyawan serta manajer.
Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sudah kurang relevandimasa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk para pemilik saja. Pada perusahaan publik nilai perusahaan dikaitkan dengan nilai saham yang beredar di pasar, penetapan tujuan yang benar akan berpengaruh pada proses penilaian kinerja nantinya, karena kesalahan pengukuran kinerja akan mengakibatkan kesalahan dalam memberi imbalan atas prestasi yang ada.
PT. Aneka Tambang, Tbk, merupakan gabungan dari tujuh perusahaan. pada awalnya PT. Aneka Tambang, Tbk, merupakan perusahaan negara yang kemudian berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT). pada sisi financial perusahaan memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Pada tahun 2005 pergerakan saham PT. Antam, Tbk, memcatat kenaikan yang cukup signifikan sebesar 107 %. Posisi ini merupakan pencapaian harga tertinggi sepanjang pencatatan saham PT. Antam, Tbk, di BEJ seiring dengan keterkaitan investor terhadap Antam. Nilai harian rata-rata perdagangan PT. Antam, Tbk, tercatat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, kami mengangkat judul “ PENERAPAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) UNTUK MELIHAT KINERJA PT. ANTAM, Tbk”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah keadaan kinerja PT. Antam, Tbk, diukur dengan pendekatan Economic Value Added (EVA) ?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui keadaan kinerja PT. Aneka Tambang, Tbk, diukr dengan pendekatan Economic Value Added.
1.4.Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut :
1.Penelitian ini menambah pengetahuan dan memberikan infor masi mengenai nilai EVA PT. Aneka Tambang, Tbk.
2.Penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan berupa alternatif penilaian kinerja kepada pihak PT. Aneka Tambang, Tbk.
3.Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi teman mahasiswa lain yang tertarik melakukan penelitian yang serupa.
1.5.Ruang Lingkup Penelitian
Guna lebih terarahnya penelitian ini, maka ruang lingkup pembahasannya adalah menyangkut perhitungan nilai Economic Value Added (EVA) yang dilihat dari laporan keuang PT. Aneka Tambang, Tbk, untuk periode thun 2005 sampai dengan periode 2007.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Economic Value Added
2.1.1.Pengertian Economic Value Added
EVA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 oleh suatu perusahaan konsultan manajemen yaitu Stern Steward & Co, dan telah diadopsi oleh lebih dari 300 klien perusahaan konsultan manajemen tersebut termasuk perusahaan-perusahaan multinasional seperti coca-cola dan simens.
Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional, EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan.
Young & Stephen F. O’Byrne (2001:5) mengemukakan bahwa : “EVA mengukur perbedaan, dalam pengertian keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal”. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau True Economic Profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan laba akuntansi.
Dierks dan Patel (1997) pada artikel Kusnan (2007) menjabarkan : EVA sebagai suatu bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan mengkombinasikan antara konsep umum pendapatan bersih dengan prinsip-prinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara khusus menyatakan bahwa seluruh modal menghasilkan biaya dan pendapatan yang melebihi biaya modal (cost of capital) akan menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Artikel dari Siddharta Utama (1997) memberikan rumusan EVA secara sederhana dan digambarkan sebagai berikut :
EVA = Laba bersih setelah pajak – Biaya modal atas ekuitas
berdasarkan rumusan di atas, EVA ditentukan atas 2 hal, yaitu sebagai berikut:
1.Laba bersih yang menggambarkan hasil penciptaan nilai di dalam perusahaan.
2.Tingkat biaya modal atas ekuitas.
Siddharta Utama (1997) mengemukakan bahwa : “EVA merupakan suatu alt analisis finansial untuk menilai tingkat profitabilitas yang realistis dari operasi perusahaan dan juga mempertimbangkan dengan adil harapan para penyandang dana melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari struktur modal perusahaan.
Suad Husnan dan Padjiastuty (2004:66) mengatakan “EVA menunjukan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan”.
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.EVA merupakan tujuan untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang investor atau pemegang saham telah tanamkan dalam operasi usaha. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax/NOPAT) dikurangi dengan biaya modal (cost of capital)
2.Biaya modal perusahaan merupakan biaya tertimbang modal (Weighted Averaga Cost of Capital) untuk utang dan ekuitas yang digunakan oleh perusahaan.
3.Apabila perusahaan memiliki EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen dan perusahaan tersebut telah menciptkan nilai (creating value). Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan Destroying Value.
4.Biaya modal dan ekuitas dapat juga diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.
Adapun definisi dari komponen yang menunjang hasil EVA dalam artikel Mike Rousana (1997), yaitu :
1.Net Operating profit After Tax (NOPAT), yaitu laba operasi setelah pajak. Laba operasi setelah pajak ini merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar laba operasi setelah pajak ini tidak memberikan dampak dari profitabilitas ataupun resiko dari bisnis yang sekarang. Dengan kata lain, baik perusahaan tersebut dibiayai dengan hutang maupun dengan modal sendiri nilai NOPAT-nya akan identik.
2.Untuk mendapatkan hasil Invested Capital menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan operating dan pendekatan financing. Sedangkan pengertian dari Invested capital yaitu jumlah seluruh pinjaman jangka pendek tanpa bunga 9non-interest bearing leabilities).
3.Weighted Averaga Cost of Capital (WACC) adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesui dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan.
4.Capital Cost/Charge adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan.
2.1.2.Manfaat Economic value added
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Tunggal (2001) dalam jurnal Iramani (2005:3). Bebrapa mafaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :
1.EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran nilai baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan.
2.Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.
Adapun kutipan manfaat EVA dalam artikel Siddharta Utama (1997) “…EVA menyebabkan penilaian kinerja manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan serta menungkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan memilih investasi yang mengoptimalkan tingkat pengembalian dan meminimkan tingkat biaya modal. EVA menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modal, karena EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas equitas; dan EVA dapat digunakan untuk megidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya, karena para manajer selalu membandingkat tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat resiko proyek tersebut…”
Disamping manfaat-manfaat tersebut dalam artikel Teuku Mirza (1997), EVA juga memiliki keunggukan sebagai berikut :
1.EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
2.Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan, hanya dengan menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan memerlukan analisa mendalam.
3.EVA dapat digunakan secara mendiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa rasio, karena dalam praktiknya data pembanding ini sering kali tidak tersedia.
2.1.3.Kelemahan Economic Value Added
Disamping kelebihan yang dimiliki, EVA juga ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Faisal Abdullah (2003:143) :
1.Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah.
2.EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapaisasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertenru untuk mencapai sasaran perusahaan.
3.EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu.
4.Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal).
Selain itu EVA dianggap dipandang bukanlah tolok ukur kinerja keuangan perusahaan dan kurang memperhatikan aspek non-keuangan sehingga tidak komprehensif. EVA juga hanya mengukur nilai akhir (outcome) dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentunya.
2.1.4.Langkah-langkah dalam Menghitung EVA
Pendekatan EVA adalah pendekatan arus kas, sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan Satandar Akuntansi Keuangan, guna menghilangkan distorsi akuntansi dan distorsi keuangan. Rumusan EVA menurut Steward dalam website www.eva.com :
EVA = NOPAT – (WACC * CAPITAL
Dimana :
NOPAT : Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax)
WACC : Biaya equitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
CAPITAL : Jumlah dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan terdiri atas hutang dan ekuitas.
Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menghitung EVA adalah sebagai berikut :
1.Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
NOPAT berarti Laba Bersih Operasional Setelah Pajak. NOPAT merupakan total laba yang akan dibagi kepada para investor, NOPAT berasal dari jumlah selish penghasilan dan beban bunga, laba/rugi lain-lain yang terkait deng operasional perusahaan, juga beban pajak penghasilan. NOPAT dapat dihitung dengan perspektif operating, perspektif ini mendefinisikan NOPAT sebagai salea minus operating minus taxes. Sedangkan formula dari perhitungan NOPAT dapat dilihat sebagai berikut ;
NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak Penghasilan)
Sumber: Suad Husnan
2.Menghitung biaya hutang (Cost of Debt)
Biaya hutang adalh tingkat pengembakian yang diharapkan karena adanya resiko kredit, yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang.
Menurut Suad Husnan (2004) : “Biaya hutang menunjukan berapa biaya yang harus ditanggung perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman”.
Biaya modal hutang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
K*d = Kd (1 – t)
Dimana :
K*d = Biaya hutang setelah pajak
Kd = Biaya hutang sebelum pajak
t = Tarif pajak penghasilan
3.Menghitung biaya modal saham
a.Biaya saham preferan
Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk didahulukan sebelum memegang saham biasa. Saham preferen merupakam saham campuran antara hutang jangka panjang dengan saham biasa, saham preferen mengharuskan perusahaan membayar deviden dalam jumlah tetap, tanpa melihat apakah perusahaan mengalami kerugian atau mengalami keuntungan. Tetapi tidak seperti hutang, karena kegagalan untuk membayar deviden saham preferen tidak mengakibatkan pembubran perusahaan.
Biaya saham preferen (Kps) dapat dihitung dengan membagi deviden saham biasa (Dp) perlembar saham dengan harga pasarnya (Pn) pada saat kini.
b.Biaya saham biasa
Biaya ini lebih dikenal dengan nama biaya modal sendiri. Biaya modal sendiri menunjukan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemilik modal sendiri sewaktu mereka bersedia menyerahkan dana tersebut ke perusahaan. jumlah deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa adalah tidak tetap, tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. rumus perhitungan biaya modal saham biasa (Mulyadi, 2001:331)
Sedangkan t = (1 – Deviden Payout) x ROE
Dimana :
K = biaya modal saham biasa
D = Deviden per lembar saham
p = Harga pasar perlembar saham
t = Tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata
4.Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) atau Struktur Modal
Konsep biaya modal perusahaan secara keseluruhan bermanfaat dalam kaitannya dengan penilaian usulan investasi jangka panjang. Dalam Capital Baudgeting tidak hanya melihat modal yang dipergunakan nanti, tetapi juga pertimbangan setiap komponen modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat dilakukan setelah tingkat hasil pengembalian pasar yang di harapkan atas hutang dan modal perusahaan telah dihitung terlebih dahulu.
Menurut Mulyadi (2001:332) : “Biaya modal rata-rata dihitung dengan berbagai modal khusus dengan menggunakan angka penimbang sebesar proporsi tiap-tiap sumber pembelanjaan dalam total investasi yang akan dilakukan” yang apabila dikonversikan ke dalam rumus sebagai berikut seperti menurut Saiful Ruky dalam skripsi Wawan hartono (2004:46) :
WACC = wdkd (1 – t) + weke
kd = Biaya modal dihitung setelah pajak
wd = Proporsi Hutang
ke = Biaya modal ekuitas
we = Proprosi ekuitas
t = Tarif pajak
5.Menghitung Invested capital
Dalam buku Young & O’Byrne, (2001:49) diketahui bahwa “Capital Charge = (Invested Capital * Cost of Capital)”, yang dimaksud dengan Invested Capital di sini adalah :
Inveted Capital = Axcess Cash + WCR + Fixed Assets = Total Assets – Short term, non interest-bearing liabilities = Short term debt + long term debt + Other long term liabilities + shareholder equity.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Aneka Tambang sebagai perusahaan terkemuka yang memproses tambang dan mineral, berdiri pada tanggal 5 Juli 1968 sebagai Perusahaan Negara (PN), dengan modal dasar Rp 3,800 milyar. Tujuh perusahaan yang milik pemerintah yang bergabung untuk membentuk Aneka Tambang, mencakup: PT. Nikel Indonesia, PN. Tambang Bauksit Indonesia, PN. Logam Mulia, Bpu. Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara, Proyek Pertambangan Intan Marthapura–Kalimantan Selatan, PN. Tambang Emas Tjikotok, dan Proyek Emas Logwn Pekanbaru-Riau. Pada tanggal 21 Mei 1975, menurut Keputusan Menteri Kehakiman status Aneka Tambang diubah dari status perusahaan milik pemerintah (Perusahaan Negara) menjadi Perusahaan Terbatas, PT Aneka Tambang (Persero).
PT Aneka Tambang (Antam) adalah perusahaan pertambangan terdiversifikasi yang terintegrasi secara vertikal dengan orientasi ekspor. Antam berkantor pusat di Jakarta dengan kegiatan operasi tersebar di Kepulauan Indonesia.
Konsumen Antam adalah perusahaan terkenal yang loyal dan memiliki hubungan jangka panjang dengan perusahaan. Area eksplorasi perusahaan yang luas serta deposit perusahaan yang besar dan berkualitas tinggi menyebabkan Antam menjalin kerjasama dengan perusahaan internasional dalam usaha patungan untuk mengembangkan deposit yang ada menjadi tambang yang menghasilkan keuntungan.
Struktur perusahaan relatif mudah dengan Kepemilikan Antam 100% pada dua entitas yang terkait dengan bidang pendanaan yakni Antam Finance Limited (Mauritius) dan Antam Euro 0pe B.V (Belanda) dan satu entitas bernama PT Antam Resuorcindo, yang menjalankan operasi pasir besi dan tambang emas Tjikotok di Jawa Barat.
Antam pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada saat pemerintah menjual 35% kepemilikannya kepada publik. Pada tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya dengan status Foreign-Exempt Listing di bursa efek Australia dan meningkatkan statusnya di bursa ini tahun 2002.
3.1.2Visi, Misi dan Strategi PT Aneka Tambang Tbk
Visi merupakan ungkapan pandangan masa depan yang berisikan keinginan atas kondisi kerja yang hendak dicapai dalam jangka panjang. Visi yang jelas dan utuh akan membentuk suatu filosofi yang menjadi keyakinan utama, perekat dan motivasi bagi segenap, karyawan dalam pengembangan usaha. PT Aneka Tambang, Tbk mempunyai visi sebagai berikut: "Menjadi pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global dalam industri pertambangan Indonesia”. Dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham, meningkatkan kesejahteraan
pegawai, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar daerah operasi pertambangan.
Misi adalah ungkapan mengenai maksud pendirian PT Aneka tambang, Tbk. serta alasan keberadaannya, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut. Untuk dapat mewujudkan visi diperlukan misi yang jelas dan terarah. Hal ini akan menuju pada peningkatan profesionalisme pengelolaan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ekonomi dan tetap memperhatikan aspek sosial. Adapun misi PT Aneka Tambang, Tbk adalah :
1.Menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi, yaitu nikel, emas dan mineral lain, dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kinerja serta memperhatikan kelestarian lingkungan.
2.Beroperasi secara efisien (berbiaya rendah)
3.Memaksimalkan Shareholders dan stakeholders value
4.Meningkatkan kesejahteraan karyawan
5.Berpartisipasi di dalam upaya mensejahterakan masyarakat disekitar daerah operasi pertambangan.
Sedangkan strategi PT Aneka Tambang Tbk, yang menjadi kunci kesuksesan perusahaan adalah:
1.Memanfaatkan keunggulan pengalaman dan kompetensi secara maksimal untuk kegiatan eksplorasi, pengembangan, produksi dan pemasaran komoditas nikel dan emas serta mineral lainnya.
2.Meningkatkan kegiatan eksplorasi, khususnya untuk komoditas nikel dan emas, serta memelihara kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah setempat dalam melaksanakan setiap kegiatan usaha pertambangan.
3.Melakukan aliansi strategis dengan perseroan-perseroan pertambangan kelas dunia melalui kerjasama patungan, merger dan akuisisi untuk memperoleh teknologi baru yang akan meningkadm daya saing serta mempercepat pengembangan usaha.
4.Merestrukturisasi unit-unit bisnis dan sumber daya manusia untuk memperbaiki akuntabilitas dan efisiensi guna meningkadm nilai perseroan.
5.Memperkuat daya saing dengan mempertahmkan keunggulan sebagai salah satu penghasil nikel dan emas berbiaya terendah di dunia melalui peningkatan efisiensi operasi (outsourcing, perbaikan proses, memperkecil asset), memelihara ketersediaan informasi pasar/industri yang mutakhir, dan secara terus menerus melakukan benchmark terhadap pesaing lainnya, serta proaktif meningkadm citra perseroan.
6.Meningkatkan kualitas produk dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, keselamatan keda, community development, dan berusaha memuaskan pelanggan dengan pengiriman tepat waktu, serta memenuhi tuntutan perubahan pasar yang dinamis.
7.Mengembangkan kemampuan dan kompetensi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas karyawan.
8.Mengelola risiko fluktuasi harga komoditas dan pertukaran mata uang secara hati-hati melalui penerapan strategi keuangan yang tepat
9.To participate in efforts to improve the social welfare of communities in the vicinity of the mining areas.
3.1.3Struktur organisasi PT. Aneka Tambang, Tbk.
Pada, PT Aneka Tambang Tbk, memiliki dua organ yakni komisaris dan direksi. Model kepengurusan ini disebut two-tiered system, pada umumnya sama yang digunakan dibeberapa Negara Eropa, namun berbeda dengan model kepengurusan perusahaan Amerika Utara yang menggunakan one-tiered system.
3.2Hasil Analisis Economic Value Added (EVA)
Dalam analisis EVA ini, penulis mengambil data laporan keuangan berupa neraca, dan laporan Rugi Laba selama, tiga tahun yaitu dari tahun 2005 hingga 2007. adapun tahapan dalam perhitungan EVA pada PT. Aneka Tambang Tbk. Adalah sebagai berikut:
1.Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
2.Menghitung Invested Capital
3.Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)
4.Menghitung Capital Cost/Charge
5.Menghitung Economic Value Added (EVA)
Dari hasil perhitungan, kami memperoleh perbandingan sebagai berikut:
TABEL 3.1
PT Aneka Tambang Tbk.
Perbandingan Elemen-Elemen Economic Value Added (EVA)
(Dalam Ribuan Rupiah)
URAIAN
TAHUN
NILAI
KENAIKAN/PENURUNAN
(Rp)
(%)
NOPAT
2005
2006
2007
867,496,397
1,694,734,870
5,206,435,394
827,238,397
3,511,700,524
32,29
50,88
Invested Capital
2005
2006
2007
5,133,546,813
5,484,389,859
9,271,904,937
350,843,046
3,787,515,078
3,32
25,67
WACC
2005
2006
2007
19,03
30,79
51,51
11,76
20,72
23,60
25,18
Capital Cost/Charge
2005
2006
2007
976,913,958
1,688,643,638
4,775,958,233
711,726,254
3,087,314,595
26,70
47,76
3.3Pembahasan Analisis Economic Value added (EVA)
Berdasarkan hasil perbandingan diperoleh analisis Economic Value Added (EVA) PT Aneka Tambang, Tbk. Menghasilkan nilai yang sangat mengalami peningkatan yaitu (Rp 109.417.485.000) untuk tahun 2005, Rp 6.091.232.000 untuk tahun 2006 dan Rp 430.477.161.000 untuk tahun 2007, begitu pula untuk persentase Spread EVA -5,94% di tahun 2005, 0,18% di tahun 2006 dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2007 yaitu sebesar 4,32%.
Hasil Kinerja Antam terbaik di tahun 2007, yalmi dengan Spread EVA sebesar 4,32% yang mengalami peningkatan sebesar 4,14% dari tahun 2006. sementara pada tahun 2005 adalah yang terburuk kinerjanya dibanding tahun penelitian lainnya dinilai dari sudut pandang Economic Value Added (EVA) karena mencatat nilai dan Spread EVA yang negatif, pada tahun ini Antam hanya mencatat nilai EVA sebesar (Rp 109.420.911.000) dan juga Spread EVA negatif 5,94%. Dalam konsep EVA perolehan tersebut tergolong value destroyer karena perolehan laba Antam tidak mampu menutupi biaya modalnya yang digunakan.
Tahun 2005
Pada tahun 2005, NOPAT yang dihasilkan sebesar Rp867.496.473.000 (Tabel 4.1). ini dipengaruhi oleh fingkat penjualan yang mencapai Rp 3.251.235.883.000.
Dalam perhitungan Cost of Debt tahun 2005, persentase yang dihasilkan yaitu 1.32%. nilai Cost of Debt tersebut dipengaruhi oleh biaya bunga sebesar Rp 25.559.493.000 , sedangkan dalam perhitungan Cost of Equity (hal. 54) pada tahun 2005 diperoleh persentase sebesar 30,39% , besarnya persentase tersebut dipengaruhi oleh tingginya tingkat pertumbuhan Deviden yang mencapai 26,20%. Hubungan antara Cost of Equity dan tingkat pertumbuhan deviden memiliki Slope positif (berbanding lurus), yaitu semakin besar tingkat pertumbuhan deviden maka semakin besar pula persentase, sehingga berdasarkan perolehan cost of debt dan cost of equity tersebut maka perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) pada tahun 2005 (Tabel 4.7) menunjukkan persentase 19.03%.
Hasil perhitungan Capital Cost/Charge (Tabel 4.8) tahun 2005 menunjukkan nilai sebesar Rp 976.913.958.000 Perolehan ini relatif besar dan dipengaruhi oleh tingginya persentase WACC yang mencapai 19,03% juga dipengaruhi oleh nilai Invested Capital yang mencapai Rp 5.133.564.813.000 Selanjutnya, pada tahap akhir analisis EVA tahun 2005 (Tabel 4.9) diperoleh nilai EVA negative sebesar (Rp 109.417.485.000) dan persentase Spread EVA negative sebesar -5,94%, perolehan tersebut dipengaruhi oleh lebih besarnya Capital Cost/Charge dibanding. nilai NOPAT yang dihasilkan (EVA < 0), artinya perusahaan tidak mampu menciptakan nilai karena laba yang dihasilkan tidak mencukupi untuk penyandang dana terutama pemegang saham. Hasil ini jika dilihat dari sudut pandang Economic Value Added menunjukkan kinerja yang “buruk”.
Tahun 2006
Pada tahun 2006 terjadi sedikit peningkatan pada nilai penjualan yang mencapai Rp5.629.401.438.000 sehingga nilai NOPAT pun mengalami peningkatan yakni sebesar Rp1.694.734.870.000 (Tabel 4.1). Sementara itu, perhitungan Invested Capital menunjukkan perolehan Rp5.484.389.859.000
Dalam perhitungan Cost of Debt tahun 2006 (Tabel 4.4), persentase yang dihasilkan yaitu sebesar 13.26%, besarnya persentase Cost of Debt tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah Biaya bunga yakni Rp 141.957.223.000 Sedangkan dalam perhitungan Cost of Equity pada tahun 2006 mencatat nilai 35,18% sehingga, perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) pada tahun 2006 mencatat persentase 30.79%
Hasil Perhitungan Capital Cost/Charge tahun 2006 menunjukkan nilai Rp1.688.643.638.000 Perolehan ini dipengaruhi oleh nilai WACC sebesar 30.790% dan juga dipengaruhi oleh nilai Invested Capital sebesar Rp5.484.389.859.000 . Selanjutnya pada analisis EVA tahun 2006 diperoleh nilai EVA positif yakni Rp6.091.232.000 dan Persentase Spread EVA juga positif yakni 0.18% (EVA > 0), pencapaian tersebut dipengaruhi oleh nilai NOPAT yang sedikit lebih besar, sehingga mampu menutupi nilai Capital Cost/Charge. Dengan demikian kinerja Antam pada tahun 2006 dapat dikatakan "BAIK" karena mampu menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya walaupun tidak begitu besar dan tergolong sebagai Value Creation.
Tahun 2007
Pada tahun 2007 terjadi perbaikan yang cukup besar, yaitu antara lain pada nilai Penjualan yang mencapai Rp 12.008.202.498.000 dan juga jumlah pendapatan lain-lain yang mencapai Rp579.872.171.000 sehingga menghasilkan nilai NOPAT yang relatif besar yakni Rp5.206.435.394.000 sementara itu perhitungan Invested Capital (tabel 4.3) menunjukkan perolehan sebesar Rp9.271.904.937.000
Dalam perhitungan Cost of Debt tahun 2007 (Tabel 4.4) persentase yang- dihasilkan sebesar 10.6 1 %. kecilnya persentase cost of debt tersebut dipengaruhi oleh adanya perbaikan pada jumlah biaya bunga yang hanya mencatat sebesar Rp. 74.315.067.000 . Sedangkan pada perhitungan Cost of equity pada tahun 2007 mencatat nilai yang cukup besar yakni 54,79%. Persentase tersebut dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan deviden yang mencapai 49,99%. Sehingga berdasrkan perhitungan cost of debt dan cost of equity tersebut maka perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) pada tahun 2007 (Tabel 4.7) menunjukkan persentase 51.51%.
Hasil perhitungan Capital cost/Charge tahun 2007 menunjukkan nilai yang cukup besar yakni sebesar Rp4.755.985.233.000 Perolehan ini dipengaruhi oleh nilai WACC dan Invested Capital, persentase WACC besar 51,5 1 % diimbangi dengan nilai Invested Capital yang cukup besar pula Rp9.271.904.937.000. Selanjutnya pada analisis EVA tahun 2007 diperoleh nilai EVA positif (EVA>0) yakni sebesar Rp430.477.161.000 dan persentase Spread EVA positif yaitu sebesar 4,32%, pencapaian tersebut dipengaruhi oleh nilai NOPAT yang mencapai Rp5.206.435.394.000 walaupun nilai Capital Cost/Charge besar tetapi nilai NOPAT mampu menutupinya. Dengan demikian pada tahun 2007 kinerja Antam dikatakan “Baik” karena mampu menciptakan nilai bagi pemegang saham dan tergolong sebagai Value Creation.
Pada table 4.10 akan disajikan perbandingan-perbandingan antara elemen EVA, yaitu: NOPAT, Invested Capital, WACC, dan Capital Cost/Charge. Dalam tabel ini akan terlihat kaitan perubahan-perubahan komponen EVA.
Pada tabel ini akan terlihat dengan jelas hubungan antara peningkatan dan penurunan EVA. Pada tahun 2005 – 2007 fluktuasi WACC sangat dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada komponen biaya modal baik cost of debt maupun cost equity. Sedangkan perubahan pada Capital Cost Chow dipengaruhi oleh perubahan WACC dan Invested Capital. Demikian halnya dengan fluktuasi NOPAT dan perubahan Capital Cost/Charge yang sangat mempengaruhi nilai EVA.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik sebuah pernyataan sebagai kesimpulan dari hasil penelitian dan penyusunan skripsi ini, bahwa: Dari analisis perhitungan Economic Value Added (EVA) yang dilakukan selama 3 (tip) tahun periode pembukuan laporan keuangan, menunjukkan bahwa pada tahun 2005 PT. Aneka Tambang, Tbk. Menghasilkan EVA negatif (EVA < 0) yakni dengan nilai EVA minus Rp. 109.417.485.000 dan dengan Spread EVA minus 5,94%. Yang berarti bahwa nilai NOPAT tidak mampu menutupi Biaya Modal perusahaan. Akan tetapi pada tahun 2006 dan 2007 PT. Aneka Tambang, Tbk mampu menghasilkan EVA positif (EVA > 0) yang berarti selain mampu menutupi biaya modalnya, perusahaan juga menciptakan nilai lebih bagi perusahaan dengan nilai Rp6.091.232.000 dan persentase Spread EVA, 0.18% untuk tahun 2006 dan tahun 2007 mencatat nilai Rp430.477.161.000 dan Spread EVA 4,32%. Dengan demikian, karena berada pada indikasi membaik maka sewajarnya diberikan penilaian kinerja “Baik”.
4.2Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang dibuat sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa saran yang meliputi usulan-usulan, ide-ide pembaharuan dan perbaikan sebagai berikut:
1. Disarankan agar perlunya perusahaan menggunakan Analisis kinerja keuangan dengan metode EVA, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui perkembangan kinerja perusahaan yang dapat dicapai dimasa yang akan datang, dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.
2. Diharapkan Antam mampu menjaga dan mempertahankan komposisi struktur modalnya yang terbukti mampu menghasilkan EVA positif, agar tetap stabil dalam kondisi apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, 1994. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Aminuddin, 2006. Analisis Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) dalam menilai Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Skripsi tidak diterbitkan, Kendari: Fakultas Ekonomi UNHALU.
Andi Bangsawan M, 2008. Penerapan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA pada PT Kalbe Farmq, ZU Skripsi tidak diterbitkan, Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Arthur Keown, David Scott, John Martin, & William Petty. Penerjemah Chaerul Djakman, 2001. Dasar-Dasar Mdnajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Bambang Riyanto, 1999. Dasar-dasar Pemberdayaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
Erich Helfert, 1997. Teknik Analisis Keuangan. Jakarta: Erlangga
Faisal Abdullah, 2003. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank. Malang. Universitas Muhammadiyah.
Husein Umar, 2003. Evaluasi Kinerja Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Jumardin, 2002. Kinerja Keuangan Pada Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara. Skripsi tidak diterbitkan, Kendari: Fakultas Ekonomi UNHALU.
2 komentar:
Wah ini bisa jadi bahan referensi nih.. lam kenal kembali ya
Keren...
Posting Komentar